Pemecahan masalah
(problem solving) didefinisikan sebagai suatu proses penghilangan perbedaan
atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil hasil
yang diinginkan ( Hunsaker : 2005 ).
Sedangkan
Mu’Qodin ( 2002 ) mengatakan bahwa problem solving adalah merupakan suatu
keterampilan yang meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa
situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif
tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil
yang dicapai dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu
tindakan yang tepat.
Berdasarkan dari
beberapa definisi problem solving yang dikemukakan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa problem solving merupakan suatu keterampilan yang meliputi
kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi dan mengidentifikasi
masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif sehingga dapat mengambil
suatu tindakan keputusan untuk mencapai sasaran.
Problem solving
adalah suatu pendekatan dimana langkah-langkah berikutnya sampai penyelesaian
akhir lebih bersifat kuantitatif yang umum sedangkan langkah-langkah berikutnya
sampai dengan pengelesain akhir lebih bersifat kuantitatif dan spesifik.
Seperti telah kita ketahui, penguasaan informasi itu perlu untuk memperoleh
konsep; keduanya itu harus diingat dan dipertimbangkan dalam problem solving
dan perbuatan kreatif. Begitu pula perkembangan intelektual sangat penting
dalam problem solving (Slameto, 1990 : 139) Selanjutnya problem solving
merupakan taraf yang harus dipecahkan dengan cara memahami sejumlah pengetahuan
dan ketrampilan kerja dan merupakan hasil yang dicapai individu setelah
individu yang bersangkutan mengalami suatu proses belajar problem solving yang
diajarkan suatu pengetahua tertentu.
Bentuk-bentuk Problem Solving
Ada beberapa
bentuk dalam problem solving menurut Chang, D’Zurilla dan Sanna (2004), yaitu :
a.
Rational Problem
Solving
Sebuah bentuk
problem solving yang konstruktif yang didefinisikan seperti rasional, berunding
dan aplikasi yang sistematik dalam kemampuan menyelesaikan masalah. Model ini
terdiri dari 4 tahapan, yaitu :
-
Identifikasi
Masalah
Problem solver
memncoba mengelompokkan dan mengerti masalah yang dihadapi dengan mengumpulkan banyak spesifikasi dan
fakta konkrit tentang kemungkinan masalah, mengidentifikasi permintaan,
rintangan dan tujuan yang realistik dalam menyelesaikan masalah.
-
Mencari Solusi
Alternatif
Fokus pada tujuan
untuk menyelesaikan masalah tersebut dan mencoba untuk mengidentifikasi banyak
solusi yang memungkinkan termasuk yang konvensional.
-
Mengambil
Keputusan
Problem solvers
mengantisipasi terhadap keputusannya dalam solusi yang berbeda,
mempertimbangkan, membandingkan dan kemudian memilih yang terbaik atau solusi
yang efektif yang paling berpotensial.
-
Mengimplementasi
Solusi dan Pembuktian
Seseorang harus
berhati-hati dalam menerima dan mengevaluasi solusi yang menjadi pilihan
setelah mencoba untuk melaksanakan solusi tersebut kedalam situasi masalah
dalam kehidupan nyata.
b.
Mengabaikan Kata
Hati
Ini adalah salah
satu pola karakteristik penyelesaian masalah yang difungsional dalam usaha
aktif yang digunakan dalam strategi menyelesaikan masalah dan tekhniknya,
tetapi usaha ini menyempit, implosif, berhati-hati, sangat cepat, dan tidak
lengkap.
c.
Bentuk
Menghindari Masalah
Bentuk ini adalah
salah satu karakteristik penyelesaian masalah yang disfungsional berupa
penundaan, pasif atau tidak melakukan apapun dan ketergantungan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Problem Solving
Menurut Rahmat
(2001) terdapat 4 faktor yang mempengaruhi proses dalam problem solving yaitu
motivasi, kepercayaan dan sikap yang salah, kebiasaan dan emosi.
a.
Motivasi
Motivasi yang
rendah akan mengalihkan perhatian, sedangkan motivasi yang tinggi akan
membatasi fleksibilitasi
b.
Kepercayaan dan
Sikap yang Salah
Asumsi yang salah
dapat menyesatkan kita. Bila kita percaya bahwa kebahagiaan
dapat diperoleh
dengan kekayaan material, kita akan mengalami kesulitan ketika
memecahkan
penderitaan batin kita.
c.
Kebiasaan
Kecenderungan
untuk mempertahankan pola pikir tertentu atau melihat masalah
hanya dari satu
sisi saja, atau kepercayaan yang berlebihan dan tanpa kritis pada
pendapat otoritas
menghambat pemecahan masalah yang efisien. Ini menimbulkan pemikiran yang kaku
( rigid mental set ), lawan dari pemikiran yang fleksibel.
d.
Emosi
Dalam menghadapi
berbagai situasi, kita tanpa sadar terlibat secara emosional. Emosi ini
mewarnai cara berpikir kita sebagai manusia yang utuh, kita tidak dapat
mengesampingkan emosi. Tetapi bila emosi itu sudah mencapai intensitas yang
begitu tinggi sehingga menjadi stress, barulah kita menjadi silit untuk
berpikir efisien
Strategi dalam problem solving :
1.
Memahami masalah dan menentukan tujuan
2.
Mengumpulkan informasi yang relevan
3.
Mengidentifikasi alternatif-alternatif solusi yang layak dan membuat
estimaasi yang realistis
4.
Merumuskan kegiatan-kegiatan yang akan ditempuh dalam menyelesaikan
masalah
5.
Mengevaluasi setiap alternatif dengan menggunakan analisis sensitivitas
untuk meningkatkan akurasi
6.
Memilih alternatif terbaik
7.
Mengimplementasikan solusi dan memonitor hasilnya
Peran Leader dalam problem solving :
Dalam mendefinisikan masalah,
pimpinan suatu organisasi bergerak dari tingkat sistem ke subsistem dan
menganalisis bagian-bagian sistem menurut suatu urutan tertentu. Dalam
memecahkan masalah manajer mengidentifikasi berbagai solusi altenatif,
mengevaluasinya, memilih yang terbaik, menerapkannya, dan membuat tindak lanjut
untuk memastikan bahwa solusi itu berjalan sebagai mana mestinya.
Pendekatam
Sistem :
Proses pemecahan masalah secara
sistematis bermula dari John Dewey, seorang profesor filosofi di Columbia
University pada awal abad ini. Dalam bukunya tahun 1910, iamengidentifikasi
tiga seri penilaian yang terlibat dalam memecahkan masalah status kontroversi
secara memadai yaitu : (1) serangkaian langkah-langkah pemecahan masalah yang
memastikan bahwa masalah itu pertama-tama dipahami, (2) solusi alternatif dipertimbangkan, dan (3)
solusi yang dipilih bekerja. Pengambilan keputusan sebagai respon terhadap
masalah, tentu saja, bertujuan untuk mengatasi masalah atau hambatan yang
mengancam kinerja organisasi.
Komentar
Posting Komentar